Regresi Klasik dan Spasial dengan Software Geoda dan ArcGIS pada Kasus Gizi Buruk


Meningkatnya angka kematian balita menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi. Keadaan gizi balita akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga sepuluh persen. Selain itu, penyakit yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini.

Suatu analisis pemodelan regresi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka gizi buruk yang dipengaruhi oleh karakteristik wilayah sangat penting. Pada beberapa kasus, variabel respon yang diamati memiliki keterkaitan dengan hasil pengamatan di wilayah yang berbeda, terutama wilayah yang berdekatan. Adanya hubungan spasial dalam variabel respon akan menyebabkan pendugaan menjadi tidak tepat karena asumsi keacakan suatu error dilanggar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model regresi yang memasukkan hubungan spasial antar wilayah ke dalam model. Adanya informasi hubungan spasial antar wilayah menyebabkan perlu adanya keragaman spasial kedalam model, sehingga model yang digunakan adalah model regresi spasial. 

Dalam analisis ini akan dilakukan pemodelan yang sesuai pada kasus gizi buruk dengan cara membandingkan 3 metode yakni dengan regresi klasik menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan pendekatan spasial metode Spatial Auto Regressive (SAR) dan Spatial Error Model (SEM), dengan pendekatan ketiga metode selanjutnya akan dipilih model terbaik dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kasus gizi buruk di setiap wilayah sehingga dapat dijadikan salah satu rujukan dalam program pengurangan angka kematian pada balita akibat kasus gizi buruk.

Studi Kasus

Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan dan Kementrian Kesehatan yakni berasal dari data publikasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Adapun variabel yang digunakan meliputi jumlah kasus balita penderita gizi buruk di Indonesia (Y), persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih (PHBS) (X1), jumlah penduduk miskin (X2), kepadatan penduduk (X3), persentase pemberian vitamin A pada balita usia 6-59 bulan (X4), persentase bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI Ekslusif (X5) dan persentase pemberian 90 tablet tambah darah pada ibu hamil (X6).

No
Provinsi
Y
X1
X2
X3
X4
X5
X6
1
Aceh
388
30.33
837.42
85
94.9
55.4
79.5
2
Sumut
1334
60.04
1360.60
189
83
37.6
84.3
3
Sumbar
583
53.28
354.74
122
88.9
73.6
81.1
4
Riau
294
51.85
498.28
71
87.5
55.7
82.7
5
Jambi
101
72.45
281.75
67
88.6
64.3
91.1
6
Sumsel
310
64.03
1085.80
87
87.9
64.5
86.4
7
Bengkulu
123
53.84
316.50
93
90.7
78.5
90.9
8
Lampung
138
60.46
1143.93
232
82.7
63.7
83.5
9
Kep. Babel
67
64.92
67.23
82
87.8
54.9
84.4
10
Kep. Riau
280
37.76
124.17
234
83.3
50.3
81.7
11
Jakarta
1448
69.25
412.79
15173
68.1
67.1
94.8
12
Jabar
2953
51.4
4238.96
1301
85.3
21.8
90.5
13
Jateng
4107
71.12
4561.83
1022
98.6
60
92.5
14
DIY
299
37.46
532.59
1161
99.2
70.8
91.6
15
Jatim
6772
48.25
4748.42
808
90.3
74
84.9
16
Banten
2242
61.11
649.19
1211
71
65
61.4
17
Bali
212
74.25
195.95
710
97.9
72.2
95
18
NTB
449
29.48
816.62
257
96.5
84.7
92.4
19
NTT
3415
49.02
991.88
103
86.5
77.4
74.2
20
Kalbar
342
40.72
381.92
32
79.8
49.5
85.1
21
Kalteng
92
44.08
148.83
16
75.7
40.7
81.3
22
Kalsel
172
49.74
189.50
101
85.3
67.2
79.8
23
Kaltim
231
75.26
252.68
26
66.6
67.8
80.9
24
Sulut
54
76.61
197.56
172
86.6
38.5
80.2
25
Sulteng
463
31.45
387.06
46
82.5
56.4
70.4
26
Sulsel
245
53.43
806.35
180
84.2
69.3
88.9
27
Sultra
274
44.52
314.09
64
80.5
65.5
79
28
Gorontalo
597
69.37
195.10
99
81.9
58.8
85.2
29
Sulbar
283
53.63
154.69
75
84.4
65
78.9
30
Maluku
208
38.39
307.02
35
66.1
45.3
62.5
31
Malut
663
55.03
84.79
36
84.6
62.2
80.4
32
Pabar
570
25.5
225.46
9
42.1
27.3
32.5
33
Papua
2674
37.44
864.11
10
40.5
52.2
49.1
             Sumber : www.depkes.go.id

Berdasarkan data tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis dan pemilihan model yang sesuai dengan kasus balita penderita gizi buruk di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis regresi klasik menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan regresi spasial dengan metode Spatial Autoregressive (SAR) dan Spatial Error Model (SEM). Proses analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan software Geoda dan ArcGIS. 

Langkah-langkah analisis

Langkah-langkah analisis yang dilakukan ditunjukkan pada flowchart berikut:
Berikut tahap-tahap analisisnya:
  • Membuka software Geoda, klik menu file -> new project sehingga akan muncul kota dialog connect to data source, kemudian masukkan file map dengan cara mengklik ESRI Shapefile (*shp) pada bagian input file seperti berikut :
  • Klik open table pada toolbar, selanjutnya tambahkan atribut tabel dengan cara mengklik kanan pada tabel -> add variabel, buat variabel baru yang meliputi variabel Y, X1, X2, X3, X4, X5 dan X6, kemudian masukkan data sesuai dengan provinsi sehingga diperoleh tampilan seperti gambar berikut:


  • Untuk memberikan matriks pembobot spasial, klik menu tools -> weights -> create sehingga muncul tampilan kotak dialog weights file creation. Kemudian pilih variabel Y pada opsi weights file ID variable dan beri tanda pada radiobutton queen contiguity seperti terlihat pada gambar berikut:
 
  • Klik create, dan save file pembobot dalam format (*.gal). Kemudian lakukan analisis regresi (Classic, SAR, SEM) dengan cara mengklik menu methods->regression, masukkan variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, dan X6) sesuai dengan kolom pada kotak dialog regression, lalu beri tanda ceklis pada weights file  seperti berikut:
  • Berdasarkan gambar di atas, selanjutnya lakukan analisis secara bergantian dengan menggunakan ketiga metode (Classic, SAR dan SEM ) klik button classic untuk metode Classic, spatial lag untuk metode SAR dan spatial error untuk metode SEM, kemudian klik run untuk menjalankan program sehingga akan tampil hasil output.
  • Kemudian lakukan pemetakan secara deskriptif untuk menampilkan sebaran kasus pencurian di Indonesia dengan cara membuka software ArcGIS, atur lembar kerja dengan cara mengklik menu file -> page and print setup -> klik radiobutton landscape seperti terlihat pada gambar berikut:
  • Klik menu view -> layout view kemudian hapus layers pada lembar kerja sehingga terlihat tampilan seperti gambar berikut:
  • Klik menu file -> add data, masukkan file map.shp (peta digital Indonesia), lalu klik properties pada map sehingga akan muncul kotak dialog layer properties selanjutnya klik bagian symbology, pada kolom show klik quantities -> graduated colors, pilih variabel Y pada fields value seperti terlihat pada gambar berikut :
  • Klik OK, sehingga akan muncul output hasil pemetakan.

Sekian
Untuk pembahasannya, menyusul pada postingan berikutnya 


Previous
Next Post »


:) :( hihi :-) :D =D :-d ;( ;-( @-) :P :o -_- (o) :p :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (y) (f) x-) (k) (h) cheer lol rock angry @@ :ng pin poop :* :v 100

Weekly